LAPORAN PRAKTIKUM MORFOLOGI TUMBUHAN (SIFAT UMUM BATANG)



LAPORAN PRAKTIKUM II
MENGAMATI BEBERAPA SIFAT UMUM BATANG (CAULIS)


Logo-11.jpg

Nama          : Nailush Sholihah
Nim             : 14222106


Dosen Pengampu:
Ike Apriani, M.Si


Asisten:
Tri Oktari






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2015


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Batang  merupakan  salah  satu  bagian  dari  tubuh  tumbuhan.  Selain  sebagai  tempat pelekatan daun, bunga dan buah, batang juga berfungsi sebagai jalan pengangkutan air dan  zat-zat  mineral  yang  terlarut  di  dalamnya.  Pada beberapa  tumbuhan,  batang digunakan sebagai tempat menyimpan makanan cadangan.Batang tumbuh pada titik tumbuh, yakni pada meristem apeks (pucuk). Dari meristem tersebut  dihasilkan  pula  bakal  daun  yang  mula-mula  berbentuk  tonjolan,  kemudian berkembang  lebih  cepat  dari  ujung  batang  itu  sendiri,  sehingga  bakal  daun  menutupi meristem apeks (Kusdianti, 2013).
Batang merupakan sumbu dengan daun yang melekat padanya. Di ujung sumbu titik tumbuhnya, batang dikelilingi daun muda dan menjadi tunas terminal. Dibagian batang yang lebih tua, yang daunnya saling berjauhan, buku (nodus) tempat daun melekat pada batang dapat dibedakan dari ruas (internodus), yakni bagian batang diantara dua buku yang berturutan. Di ketiak daun biasanya terdapat tunas ketiak. Bergantung pada pertumbuhan ruas dapat dibedakan beberapa macam bentuk tumbuhan. Batang bisa memperlihatkan sumbu yang memanjang dengan buku dan ruas yang jelas. Sebaliknya, batang dapat juga amat pendek dan letak daunnya merapat membentuk roset. Taraf percabangan yang terjadi jika tunas ketiak tumbuh menjadi ranting menambah keragaman bentuk. Berkaitan dengan habitat tumbuh dibedakan batang yang tumbuh dibawah tanah (rhizoma, umbi lapis, atau umbi batang), di dalam air atau di darat. Batang juga ada yang tegak, memanjat, atau merayap. Ragam lain adalah susunan daun pada batang, ada atau tidak adanya tunas ketiak yang tumbuh menjadi cabang, serta taraf percabangan, bila ada (Hidayat, 1995).
Batang berfungsi untuk membentuk dan menyangga daun. Batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas, berbeda dengan daun yang memiliki pertumbuhan terbatas dan akhirnya ditinggalkan. Di ujung batang terdapat titik vegetatif yang meristematik dan mempunyai kemampuan ntuk terus menerus membentuk sel baru (Tjitrosomo, 1980).
Selain memiliki pertmbuhan yang tidak terbatas batang juga dan sebagai tepat tumbuhnya daun dan bungga, batang juga meiliki sifat-sifat mum yang perlu diketahui.

B. Tujuan
Adapun tujuan dalam praktikum ini adalah mengenal dan memahami beberapa sifat umum batang.




BABII
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Batang
Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting, mengingat tempat serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan (Tjitrosoepomo,2005).

B. Sifat-sifat Batang
              Menurut Tjitrosoepomo (2005), pada umumnya batang mempunyai sifat-sifat berikut :
1.   Umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula mempunyai bentuk lain. Akan tetapi selalu bersifat aktinomorf, artinya dapat dengan sejumlah bidang dibagai menjadi dua bagian yang setangkup.
2.   Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku, dan pada buku-buku inilah terdapapt daun.
3.    Tumbuhnya biasanya ke atas, menuju cahaya atau matahari: (bersifat fototrop atau heliotrop).
4.    Selalu bertambah panjang di ujungnya. Oleh sebab itu sering dikatakan bahwa  batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas.
5.    Mengadakan percabangan dan selama hidupnya tumbuhan  tidak digugurkan, kecuali kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil.
6.    Umunya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya pendek, misalnya rumput dan waktu batang masih muda.

C. Tugas Batang
               Menurut Tjitrosoepomo (2005), sebagai bagian tubuh tumbuhan, tugas batang antara lain:
             1.     Mendukung bagian-bagian  tumbuhan yang berada di  atas tanah, yaitu : bunga, daun, dan buah 
             2.     Memperluas bidang asimilasi dengan percabangannya dan menempatkan bagian-bagian tumbuhan di dalam ruang sedemikian rupa sehingga dari segi kepentingan tumbuhan bagian-bagian tadi terdapat dalam posisi yang paling menguntungkan. 
1.      Sebagai jalan pengangkutan air dan zat-zat makanan dari bawah ke atas dan jalan pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari atas ke bawah
2.      Menjadi tempat penimbunan zat-zat cadangan  makanan.

D. Jenis Batang
 Menurut Tjitrosoepomo (2005), apabila kita memperhatikan macam-macam jenis tumbuhan, maka dapat dibedakan menjadi:
1. Tumbuhan yang tidak berbatang (Planta acualis), yaitu tumbuhan yang tidak berbatang, tetapi sesungguhnya tumbuhan yang tidak berbatang tidak ada, hanya daunnya tersusun sangat rapat satu sama lain, sehingga tumbuhan itu seolah-olah tidak berbatang. Contoh: lobak (Raphanus sativus L.), sawi (Brassica juncea L.). Tumbuhan ini tidak akan tampak berbatang pada saat tumbuhan berbunga. Dan daun-daun yang tersusun berjejal-jejal satu sama lain yang disebut roset (rosula).
2.    Tumbuhan yang jelas berbatang
 a.     Batang basah (herbaceous), yaitu batang lunak dan berair. Contoh:   pacar air (Impatien balsamina L.), bayam duri (Amacanthus spinosus  L.), krokot (Portulaca oleracea L.).
b.      Batang berkayu, yaitu batang yang biasanya keras dan kuat karena sebagian besar jaringannya terdiri atas kayu, dibedakan menjadi: semak-semak (frutices) yaitu tumbuhan yang tidak begitu besar, batangnya berkayu, bercabang-cabang di dekat permukaan tanah atau kadang kala di dalam tanah.Contoh: sidaguri (Sida rhombifolia L. Pohon adalah tumbuhan tinggi  besar, batang berkayu dan bercabang jauh dari permukaan tanah. Contoh: kenanga (Canangium odoratum  Baill.) kantil (Michelia alba L.) mangga (Mangifera indica L.)
c.       Batang rumput (calmus), yaitu batang tidak keras, mempunyai ruas yang nyata dan seringkali berongga.Contoh: padi (Oryza sativa L.), emprit-empritan (Eragrostis amabilis O.K), rumput belulang (Eleusine indica Gaertn.)
d.      Batang mendong (calamus), yaitu seperti batang rumput, tetapi mempunyai ruas-ruas yang lebih panjang. Contoh: mendong (Fimbristylis globusa Kunth.), wlingi (Scirpus grossus L.), udelan (Kyllinga monocephala Rottb.), teki (Cyperus rotundus L.

E. Bentuk Batang
Tumbuhan biji belah (Dycotyledoneae) pada umumnya mempunyai batang yang di bagian bawahnya lebih besar dan ke ujung semakin mengecil, jadi batangnya dapat dipandang sebagai suatu kerucut atau limas yang amat memanjang, yang dapat mempunyai percabangan atau tidak. Tumbuhan biji tunggal (Monocotyledoneae) sebaliknya mempunyai batang yang dari pangkal sampai ke ujung boleh dikata tak ada perbedaan besarnya. Hanya pada beberapa golongan saja yang pangkalnya tampak membesar, tetapi selanjutnya ke atas tetap sama, seperti terlihat pada bermacam-macam palma (Palmae) (Tjitrosoepomo,2005).
Menurut Tjitrosoepomo (2005), jika kita berbicara tentang bentuk batang biasanya yang dimaksud ialah bentuk batang pada penampang melintangnya. Dan dilihat dari sudut bentuk penampang melintangnya ini dapat dibedakan bermacam-macam bentuk batang antara lain:
1.      Bulat (teres), misalnya bambu (Bambusa sp.), kelapa (Cocos nucifera L.).
2.      Bersegi (angularis). Dalam hal ini ada kemungkinan:
a)      Bangun segitiga (triangularis), misalnya batang teki (Cyperus rotundus).
b)      Segi empat (quadrangularis), misalnya batang markisah.
3.        Pipih dan biasanya lalu melebar menyerupai daun dan mengambil alih tugas daun pula. Batang yang bersifat demikian dinamakan:
a)      Filokladia (phyllocladium), jika amat pipih dan mempunyai pertumbuhan yang terbatas, misalnya pada Jakang (Muehlenbeckia platyclada Meissn.).
b)      Kladodia (cladodium), jika masih tumbuh terus dan mengadakan percabangan, misalnya sebangsa kaktus (Opuntia vulgaris Mill.).
 Menurut Tjitrosoepomo (2005), dilihat permukaannya, batang tumbuh-tumbuhan juga memperlihatkan sifat yang bermacam-macam. Kita dapat membedakan permukaan batang yang:
1.    Licin (laevis), misalnya batang jagung (Zea mays L.).
2.    Berusuk (costatus), jika pada permukaannya terdapat rigi-rigi yang membujur, misalnya iler (Coleus scutellarioides Benth.).
3. Beralur (sulcatus), jika membujur batang terdapat alur-alur yang jelas, misalnya pada Cereus peruvianus (L.) Haw.
4. Bersayap (alatus), biasanya pada batang yang bersegi, tetapi pada sudut-sudutnya terdapat pelebaran yang tipis, misalnya pada ubi (Dioscorea alata L.) dan markisah (Passiflora quadrangularis L.).
Menurut Tjitrosoepomo (2005), selain dari itu permukaan batang dapat pula :
a)        Berambut (pilosus), seperti misalnya pada tembakau (Nicotiana     tabacum L.).
b)        Berduri (spinosus), misalnya pada mawar (Rosa sp).
c)        Memperlihatkan bekas-bekas daun, misalnya pada papaya (Carica     papaya L.) dan kelapa (Cocos nucifera L.).
d)       Memperlihatkan bekas-bekas daun penumpu, misalnya: nangka   (Artocarpus integra Merr.), keluwih (Artocarpus comunis Forst.).
e)        Memperlihatkan banyak lentisel, misalnya pada sengon (Albizzia   stipulate Boiv.). Keadaan-keadaan lain, misalnya lepasnya kerak (bagian kulit yang mati) seperti terlihat pada jambu biji (Psidium guajava L.) dan pohon kayu putih (Melaleuca leucadendron L.).

F. Arah Tumbuh Batang
Menurut Tjitrosoepomo (2005), walaupun seperti telah dikemukakan, batang umumnya tumbuh ke arah cahaya, meninggalkan tanah dan air, tetapi mengenai arahnya dapat memperlihatkan variasi, dan bertalian dengan sifat ini dibedakan batang yang tumbuhnya:
1.      Tegak lurus (erectus), yaitu jika arahnya lurus ke atas, misalnya papaya (Carica papaya L.),
2.      Menggantung (dependens, pendulus), ini tentu saja hanya mungkin untuk tumbuh-tumbuhan yang tumbuhnya di lereng-lereng atau tepi jurang, misalnya (Zebrina pendula Schnitzl)., atau tumbuh-tumbuhan yang hidup di atas pohon sebagai epifit, misalnya jenis anggrek  (Orchidaceae)  tertentu.
3.      Berbaring (humifusus), jika batang terletak pada permukaan tanah, hanya ujungnya saja yang sedikit membengkok ke atas, misalnya pada semangka  (Citrullus vulgaris Schrad.).
4.      Menjalar atau merayap (repens), batang berbaring tetapi dari buku-bukunya keluar akar-akar, misalnya batang ubi jalar (Ipomoea batatas  Poir.).
5.      Serong ke atas atau condong (ascendens), pangkal batang seperti hendak berbaring, tetapi bagian lainnya lalu membelok ke atas, misalnya pada kacang tanah (Arachis hypogaea L).
6.      Mengangguk (nutans), batang tumbuh tegak lurus ke atas, tetapi ujungnya lalu membengkok kembali ke bawah, misalnya pada bunga matahari (Helianthus annuus L.).
 7.    Memanjat (scandens), yaitu jika batang tumbuh ke atas dengan menggunakan penunjang. Penunjang dapat berupa benda mati ataupun tumbuhan lain, dan pada waktu naik ke atas batang menggunakan alat-alat khusus untuk “berpegangan” pada penunjang ini, misalnya dengan:
a)  Akar pelekat, contohnya sirih (Piper betle L.).
b)  Akar pembelit, misalnya panili (Vanilla planifolia Andr.).
c)  Cabang pembelit (sulur dahan), misalnya anggur (Vitis vinifera L.).
d)  Daun pembelit atau sulur daun, misalnya kembang sungsang (Gloriosa   superba L.).
e)  Tangkai pembelit, misalnya pada kapri (Pisum sativum L.).
f) Duri, misalnya mawar (Rosa sp), bugenvil (Bougainvillea spectabilis  Willd.).
       g) Duri daun, misalnya rotan (Calamus caesius Bl.).
       h) Kait, misalnya gambir (Uncaria gambir Roxb.).
8.        Membelit (volubilis), jika batang naik ke atas dengan menggunakan penunjang seperti batang yang memanjat, akan tetapi tidak dipergunakan alat-alat yang khusus, melainkan batangnya sendiri naik dengan melilit penunjangnya. Menurut arah melilitnya dibedakan lagi batang yang :
a)         Membelit ke kiri (Sinistrorsum volubilis), jika dilihat dari atas arah belitan   berlawanan dengan arah putaran jarum jam. Dapat pula dikatakan demikian: jika kita mengikuti jalannya batang yang membelit itu, penunjang akan selalu di sebelah kiri kita. Batang yang membelit ke kiri misalnya pada kembang telang (Clitoria ternatea L.),
b)        Membelit ke kanan (Dextrorsum volubilis). Jika arah belitan sama dengan arah gerakan jarum jam, atau jika kita mengikuti arah belitan, penunjang akan selalu di sebelah kanan kita. Batang tumbuhan yang membelit ke kanan tidak banyak ditemukan, contoh: gadung (Dioscorea hispida Dennst.).

G. Percabangan pada Batang
Batang suatu tumbuhan ada yang bercabang ada yang tidak, yang tidak bercabang kebanyakan dari golongan tumbuhan yang berbiji tunggal (Monocotyledoneae), misalnya jagung (Zea mays L.). Umumnya batang memperlihatkan percabangan, entah banyak entah sedikit (Tjitrosoepomo,2005).
Menurut Tjitrosoepomo (2005), arah percabangan ada bermacam-macam, biasanya dibedakan 3 macam cara percabangan, yaitu:
1.    Cara percabangan monopodial, yaitu jika batang pokok selalu tampak jelas, karena lebih besar dan lebih panjang (lebih cepat pertumbuhannya) daripada cabang-cabangnya misalnya pohon cemara (Casuarina equisetifolia L.).
2.     Percabangan simpodial, batang pokok sukar ditentukan, karena dalam perkembangan selanjutnya mungkin lalu menghentikan pertumbuhannya atau kalah besar dan kalah cepat pertumbuhan dibandingkan dengan cabangnya, misalnya pada sawo manila (Achras zapota L.),
3.    Percabangan menggarpu atau dikotom, yaitu cara percabangan, yang batang setiap kali menjadi dua cabang yang sama besarnya, misalnya paku andam (Gleichenia linearis Clarke).
Cabang yang besar yang biasanya langsung keluar dari batang pokok lazimnya disebut dahan (ramus), sedang cabang-cabang yang kecil dinamakan ranting (ramulus) (Tjitrosoepomo,2005).
Menurut Tjitrosoepomo (2005), cabang-cabang pada suatu tumbuhan dapat bermacam-macam sifatnya, oleh sebab itu cabang-cabang dapat dibedakan seperti di bawah ini:
1. Geragih (flagellum, stolon), yaitu cabang-cabang kecil panjang yang tumbuh merayap, dan dari buku-bukunya ke atas keluar tunas baru dan ke bawah tumbuh akar-akar. Tunas pada buku-buku ini beserta akar-akarnya masing-masing dapat terpisah merupakan suatutumbuhan baru. Cabang yang demikian ini dibedakan lagi dalam dua macam:
a)    Merayap di atas tanah, misalnya pada daun kaki kuda (Centella  asiatica Urb.) dan arbe (Fragraria vesca L.),
b)    Merayap di dalam tanah, misalnya teki (Cyperus rotundus L.), kentang (Solanum tuberosum L.).
2. Wiwilan atau tunas air (virga singularis), yaitu cabang yang biasanya tumbuh cepat dengan ruas-ruas yang panjang, dan seringkali berasal dari kuncup yang tidur atau kuncup-kuncup liar. Seringkali terdapat pada kopi (Coffea sp.) dan pohon coklat (Theobroma cacao L.).
3. Sirung panjang (virga), yaitu cabang-cabang yang biasanya merupakan pendukung daun-daun, dan mempunyai ruas-ruas yang cukup panjang. Pada cabang-cabang demikian ini tidak pernah dihasilkan bunga, oleh sebab itu sering disebut pula cabang yang mandul (steril).
4. Sirung pendek (virgula atau virgula sucrescens), yaitu cabang-cabang kecil dengan ruas-ruas yang pendek yang selain daun biasanya merupakan pendukung bunga dan buah. Cabang yang dapat menghasilkan alat perkembangbiakan bagi tumbuhan ini disebut pula cabang yang subur (fertil).
Cabang-cabang pada suatu tumbuhan biasanya membentuk sudut yang tertentu dengan batang pokoknya. Bergantung pada besar kecilnya sudut ini, maka arah tumbuh cabang  menjadi berlainan (Tjitrosoepomo,2005).
            Menurut Tjitrosoepomo (2005), umumnya orang membedakan arah tumbuh cabang seperti berikut:
             1.     Tegak (fastigiatus), yaitu jika sudut antara batang dan cabang amat kecil, sehingga arah tumbuh cabang hanya pada pangkalnya saja sedikit serong ke atas, tetapi selanjutnya hampir sejajar dengan batang pokoknya, misalnya wiwilan pada kopi (Coffea sp.),
             2.     Condong ke atas (patens), jika cabang dengan batang pokok membentuk sudut kurang lebih 450, misalnya pada pohon cemara (Casuarina equisetifolia L.),
             3.     Mendatar (horizontalis), jika cabang dengan batang pokok membentuk sudut sebesar kurang lebih 900C, misalnya pada pohon randu (Ceiba pentandra Gaertn.),
             4.     Terkulai (declinatus), jika cabang pada pangkalnya mendatar, tetapi ujungnya lalu melengkung ke bawah, misalnya kopi robusta (Coffea robusta Lindl.),
             5.     Bergantung (pendulus), cabang-cabang yang tumbuhnya ke bawah, misalnya cabang-cabang tertentu pada Salix.
 Mengenai soal batang, selain yang telah diuraikan di muka, ada bermacam-macam tumbuhan yang mempunyai pangkal batang di dalam tanah, yang dapat merupakan suatu alat untuk menahan kala yang buruk. Tumbuhan yang mempunyai batang yang demikian itu, dalam musim buruk, misalnya di daerah panas dalam musim kering (di daerah iklim sedang dalam musim dingin), bagian yang di atas tanah seringkali mati, tetapi bagian yang dalam tanah tetap hidup, dan jika musim baik telah tiba, akan bertunas menghasilkan tumbuhan yang baru. Pangkal batang dalam tanah yang berguna untuk mengarungi kala yang buruk itu disebut caudex, terdapat misalnya pada valerian (Valeriana officinalis L.), klembak (Rheum officinale B.) (Tjitrosoepomo,2005).
Menurut Tjitrosoepomo (2005), dalam membicarakan perihal pangkal batang yang menjadi alat untuk mempertahankan kehidupan tumbuhan pada masa yang buruk, dapat diketahui bahwa batang tumbuhan mempunyai umur yang terbatas. Karena kalau batang mati, biasanya tumbuhannya pun mati, maka tumbuhan seringkali dibeda-bedakan menurut panjang atau pendek umurnya, yaitu dalam:
                  1.     Tumbuhan annual (annuus), yaitu tumbuhan yang umurnya pendek, umurnya kurang dari satu tahun sudah mati atau paling banyak dapat mencapai umur setahun. Dalam golongan ini termasuk bermacam-macam tanaman yang di dunia pertanian terkenal sebagai tanaman palawija, missal jagung (Zea mays L.), kedele (Soja max Piper), kacang tanah (Arachis hypogaea L.), dll. Untuk menunjukkan sifat ini, dalam buku-buku pelajaran dicantumkan tanda dibelakang nama tumbuhannya.
                  2.     Tumbuhan biennial (dua tahun) (biennis), yaitu tumbuhan yang untuk  hidupnya, mulai tumbuh sampai menghasilkan biji (keturunan baru) memerluikan waktu dua tahun. Sifat ini sering di tunjukkan dengan tanda , misalnya biet (Beta vulgaris L.), digitalis (Digitalis purpurea L.).
                  3.     Tumbuhan menahun atau tumbuhan keras, yaitu yang dapat mencapai umur sampai bertahun-tahun belum juga mati, bahkan ada yang yang dapat mencapai umur sampai ratusan tahun. Untuk golongan pohon-pohon dan semak-semak, sifat ini ditunjukkan dengan tanda planet Saturnus, sedang untuk tanda terna (herba) yang berumur panjang, sifat ini ditunjukkan denan tanda planet Jupiter, yaitu tanda X. Terna yang berumur panjang biasanya mempuyai bagian di bawah tanah yang selalu hidup, walaupun bagiannya yang di atas tanah yang selalu hidup, walaupun bagiannya yang di atas tanah telah mati, misalnya: empon-empon (Zingiberaceae).




BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Wakktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksankan pada Rabu, tanggal 25 November 2015 pukul 09:00–10:30. Di laboratorium Fisika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang.

B. Alat dan Bahan
1. Alat Praktikum
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum Mengenal Dan Memahami Sifat Umum Batang ialah lup, pensil warna, mistar, dan buku gambar.
2. Bahan Praktikum
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum Mengenal Dan Memahami Sifat Umum Batang ialah, batang jati muda, batang jati tua, batang tebu muda, batang tebu tua.

C. Cara Kerja
Adapun cara kerja yang digunakan dalam praktikum Mengenal Dan Memahami Sifat Umum Batang ialah, batang jati yang masih muda dan beberapa daun yang masih melekat sifat-sifatnya diamati dan buat gambarnya. Apeks pucuk, buku, ruas, daun, dan tunas aksilar di berilah ketarangan gambar dan tunjukkan. Di bawah apeks pucuk di buat potongan melintang pada batang jati tadi kira-kira 10-20 cm di gambar bagian melintang dari potongan tadi dan sebutkan  sifat aktinomorf . Daerah apeks pucuk di buat penampang membujur (memanjang) diamati dan digambar bagian dan diberi keterangan dengan menunjukan bakal daun, tunas aksilar, dan meristem apeks.  Pengamatan anda digunakan lup, mikroskop binokuler untuk mempermudah. Untuk batang tebu . Dilakukan hal yang sama (1-5).




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel 1. Pengamatan Morfologi Batang Jati (Tectona grandis)
No
Gambar
Keterangan
1













Batang Jati Muda (Tectona grandis)

1. Apeks pucuk
2. Buku (nodus)
3. Ruas (internodus)
4. Daun (folium)
5. Tunas aksilar
2














Batang Jati Tua (Tectona grandis)

1. Apeks pucuk
2. Buku (nodus)
3. Ruas (internodus)
4. Daun (folium)
5. Tunas aksilar
Tabel 2. Pengamatan Morfologi Batang Tebu (Saccharum officinarum L.).
No
Gambar
Keterangan
1















Batang Tebu Muda (Saccharum officinarum L.)
1. Apeks pucuk
2. Buku (nodus)
3. Ruas (internodus)
4. Daun (folium)
5. Tunas aksilar
2

















Batang Tebu Tua (Saccharum officinarum L.)
1. Apeks pucuk
2. Buku (nodus)
3. Ruas (internodus)
4. Daun (folium)
5. Tunas aksilar


Tabel 3. Pengamatan Morfologi Batang Jati (Tectona grandis)
Pengamatan
Batang Jati Muda
Batang Jati Tua
Jenis batang
Berkayu (lignosus)
Berkayu (lignosus)
Bentuk batang
Segi empat (quadrangularis)
Bulat (teres)
Permukaan batang
Berambut (pilosus)
Kasar dan banyak lentisel
Arah tumbuh batang
Tegak lurus (erectus)
Tegak lurus (erectus)
Percabangan batang
Monopodial
Simpodial
Warna batang
Hijau muda
Coklat

Tabel 4. Pengamatan Morfologi Batang Tebu (Saccharum officinarum L.).
Pengamatan
Batang Tebu Muda
Batang Tebu Tua
Jenis batang
Mendong (calamus)
Mendong (calamus)
Bentuk batang
Bulat (teres)
Bulat (teres)
Permukaan batang
Berambut (pilosus)
Licin (laevis)
Arah tumbuh batang
Tegak lurus (erectus)
Tegak lurus (erectus)
Percabangan batang
Monopodial
Monopodial
Warna batang
Hijau
Kuning kehijauan

Tabel 5. Perbedaan batang jati (Tectona grandis) dan batang tebu (Saccharum officinarum L.).
Pengamatan
Batang Jati
Batang Tebu
Jenis batang
Berkayu (lignosus)
Mendong (calamus)
Bentuk batang
Bulat (teres)
Bulat (teres)
Permukaan batang
Kasar dan banyak lentisel
Licin (laevis)
Arah tumbuh batang
Tegak lurus (erectus)
Tegak lurus (erectus)
Percabangan batang
Simpodial
Monopodial
Warna batang
Coklat
Kuning kehijauan



BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sifat-sifat umum batang ialah  umumnya batang berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula mempunyai bentuk lain. Akan tetapi selalu bersifat aktinomorf, artinya dapat dengan sejumlah bidang dibagi menjadi dua bagian yang setangkup. Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku, dan pada buku-buku inilah terdapapt daun. Tumbuhnya biasanya ke atas, menuju cahaya atau matahari: (bersifat fototrop atau heliotrop).  Selalu bertambah panjang di ujungnya. Oleh sebab itu sering dikatakan bahwa  batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas.  Mengadakan percabangan dan selama hidupnya tumbuhan  tidak digugurkan, kecuali kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil. Umunya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya pendek, misalnya rumput dan waktu batang masih muda.
















B. Pembahasan
Batang sangatlah penting bagi tumbuhan karena batang memiliki fungsi yang sangat penting bagi kelangsungan hidup tumbuhan batang juga dapat di gunakan sebagai alat perkembangbiakan vegetatif pada tumbuhan, batang memiliki pertunbuhan yang tidak terbatas lain halnya dengan daun karena batang memiliki titik vegetatif yang meristematik.
Batang berfungsi untuk membentuk dan menyangga daun. Batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas, berbeda dengan daun yang memiliki pertumbuhan terbatas dan akhirnya ditinggalkan. Di ujung batang terdapat titik vegetatif yang meristematik dan mempunyai kemampuan ntuk terus menerus membentuk sel baru (Tjitrosomo, 1980).
Selain itu, batang memiliki sifat-sifat umum yaitu umumnya berbentuk banjang bulat, umumnya tidak berwarna hijau jika hijau batang tersebut masih muda, mengadakan percabangan, pertumbuhan tubuhnya ke atas terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku
Pada umumnya batang meiliki sifat-sifat sebagai berikut: Umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula mempunyai bentuk lain. Akan tetapi selalu bersifat aktinomorf, artinya dapat dengan sejumlah bidang dibagi menjadi dua bagian yang setangkup. Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku, dan pada buku-buku inilah terdapapt daun. Tumbuhnya biasanya ke atas, menuju cahaya atau matahari: (bersifat fototrop atau heliotrop).  Selalu bertambah panjang di ujungnya. Oleh sebab itu sering dikatakan bahwa  batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas.  Mengadakan percabangan dan selama hidupnya tumbuhan  tidak digugurkan, kecuali kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil. Umunya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya pendek, misalnya rumput dan waktu batang masih muda (Tjitrosoepomo, 1980).
Pada pengamatan morfologi batang jati (Tectona grandis), pada batang jati muda jenis batang berkayu, bentuk batang segi empat, permukaan batang berambut, arah tumbuh batang tegak lurus, percebangan batang monopodial, dan warna batang hijau muda, sedangkan pada batang jati tua jenis batang berkayu, bentuk batang bulat, permukaan batang kasar dan banyak lentisel, arah tumbuh batang tegak lurus, percebangan batang simpodial, dan warna batang coklat. Perbeandingan batang jati tua dan jati muda dapat dilihat dari warna batang, bentuk batangnya, percabangan, dan juga permukaan batang.
Batang berkayu, yaitu batang yang biasanya keras dan kuat karena sebagian besar jaringannya terdiri atas kayu, dibedakan menjadi: semak-semak (frutices) yaitu tumbuhan yang tidak begitu besar, batangnya berkayu, bercabang-cabang di dekat permukaan tanah atau kadang kala di dalam tanah (Tjitrosoepomo, 1980).
Pada pengamatan morfologi batang tebu (Saccharum officinarum L.), pada batang tebu muda jenis batang mendong, bentuk batang bulat, permukaan berambut, arah tumbuh batang tegak lurus, percabangan batang monopodial, dan warna batang hijau, sedangkan pada batang tebu tua jenis batang mendong, bentuk batang bulat, permukaan batang licin, arah tumbuh tegak lurus, percabangan batang monopodial dan warna batang kuning ke hijauan. dilihat dari batang tebu muda dan batang tebu tua hanya memiliki perbedaan dari segi warna batanagnya dan permukaan batangnya.
Batang mendong (calamus), yaitu seperti batang rumput, tetapi mempunyai ruas-ruas yang lebih panjang, Cara percabangan monopodial, yaitu jika batang pokok selalu tampak jelas, karena lebih besar dan lebih panjang (Lebih cepat pertumbuhannya) daripada cabang-cabangnya (Tjitrosoepomo, 1980).
Pada perbandingan batang jati (Tectona grandis) dan batang tebu (Saccharum officinarum L.). Dilihat dari jenis batangnya, jenis batang jati berkayu sedangkan pada batang tebu mendong, dan dilihat dari permukaan batang pada batang jati kasar dan banyak terdapat lentisel sedangkan pada batang tebu licin, kemudian pada percabangan batang pada batang jati simpodial sedangkan pada batang tebu monopodial, dan yang terakhir dapat dilihat dari warna batangnya. terdapat pula kesamaan sama-sama bentuk batang bulat dan arah tubuh batang tegak lurus.
Batang berkayu, yaitu batang yang biasanya keras dan kuat karena sebagian besar jaringannya terdiri atas kayu, dibedakan menjadi: semak-semak (frutices) yaitu tumbuhan yang tidak begitu besar, batangnya berkayu, bercabang-cabang di dekat permukaan tanah atau kadang kala di dalam tanah. Batang mendong (calamus), yaitu seperti batang rumput, tetapi mempunyai ruas-ruas yang lebih panjang, Cara percabangan monopodial, yaitu jika batang pokok selalu tampak jelas, karena lebih besar dan lebih panjang (lebih cepat pertumbuhannya) daripada cabang-cabangnya (Tjitrosoepomo, 1980).



























LAMPIRAN


Buku-buku
 
Ruas
 
IMG20151128110246.jpg
Gambar 1. Batang Tebu Muda
              (Sumber: Novika, 2015)

Buku-buku
 
Ruas
 
IMG20151128110320.jpg
Gambar 2. Batang Jati Muda
              (Sumber: Novika, 2015)

Buku-buku
 
Ruas
 
IMG20151128110839.jpg
Gambar 3. Batang Jati Tua
              (Sumber: Novika, 2015)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

laporan praktikum morfologi tumbuhan (bagian-bagian daun)